Kamis, 9 Oktober 2025, Hari ini SMAN 1 Abang kembali melaksanakan kegiatan rutin KISAH BU INTAN (Kamis Cegah Bullying, Intoleransi, dan Kekerasan) dengan nuansa yang sangat istimewa. Kegiatan kali ini dipandu oleh I.B. Oka, S.Pd. dari MGMP Bahasa Indonesia, didampingi oleh Wakasek Kesiswaan, wali kelas, serta seluruh guru dan pegawai SMAN 1 Abang.
Yang membuat kegiatan KISAH BU INTAN hari ini begitu spesial adalah seluruh guru dan siswa menggunakan Bahasa Bali selama kegiatan berlangsung. Hal ini mencerminkan semangat pelestarian budaya lokal sekaligus menumbuhkan rasa bangga terhadap bahasa daerah sebagai identitas kultural masyarakat Bali.
Kegiatan diawali dengan memperdengarkan lagu berbahasa Bali berjudul “Bungan Sandat” (Kembang Kenanga). Setelah mendengarkan lagu tersebut, siswa menuliskan pesan-pesan moral yang mereka tangkap dari tembang itu pada kertas yang telah disediakan.
Beberapa siswa dari kelas X, XI, dan XII kemudian menyampaikan refleksi mereka menggunakan Bahasa Bali, menguraikan makna dan nilai kehidupan yang terkandung dalam tembang Bungan Sandat—seperti ketulusan, kesederhanaan, dan rasa hormat antar sesama, bekrjasama saling asah asih dan asuh.
Sebagai penutup, Wakasek Humas I Komang Sudiana memberikan pesan moral sekaligus kesimpulan dari seluruh refleksi siswa. Beliau menegaskan bahwa pesan moral bukan hanya ditujukan bagi siswa perempuan (bajang) tetapi pesan itu juga berlaku untuk siswa laki² (teruna) bagaimana dalam kehidupan ini dari muda sampai merumur tua bisa menjaga diri dengan selalu berpikir yang baik, berbicara yang baik serta berbuat yang baik sehingga nama kita selalu harum semerbak bagaikan kembang sandat yang walaupun sudah layu tetap menebarkan bau harum, tetap menebàrkan kebaikan terhadap lingkungan dimana kita berada. Disamping itu semua orang pentingnya menanamkan nilai-nilai kebaikan, saling menghargai, serta menjadikan Bahasa Bali sebagai wahana untuk menyampaikan pesan moral dan memperkuat karakter siswa.
Kegiatan KISAH BU INTAN hari ini berlangsung hangat, bermakna, dan penuh nuansa kultural, menjadi contoh nyata harmonisasi antara pendidikan karakter dan pelestarian bahasa daerah di lingkungan SMAGESA.

Humas SMAGESA
Tinggalkan Komentar